March 5, 2008

Pemerintahan YaNg (mbok Ya) TerBuka

di ruang mikir (WC^^) tadi aku sempet kepikiran tentang sistem politik kita karena ngerasa terlalu banyak orang yang (seharusnya tidak dipersalahkan karena segala tindakan mereka), tapi karena segala keterbatasan yang dibentuk oleh sistem dan gaya politik kita membuat sebagian dari masyarakat kita seperti membangun satu paradigma berpikir gaya baru: kalo mo aspirasi ya dengan demonstrasi!! yang kadang2 juga dibenarkan oleh ahli2 politik kita seperti yang sering kita dengar di TV:
"masyarakat mempunyai hak untuk menyapaikan aspirasi mereka, misalnya dengan DEMONSTRASI, tapi tetap sesuai aturan"

bahsan komentar,
dari kata2 tersebut, kita bisa beri kesimpulan sebagai berikut:
>>demontrasi merupakan salah satu alternatif pilihan cara menyampaikan pendapat, dan merupakan salah satu pilihan pada alternatif pilihan pertama, karena sebelumnya ga disampaikan alternatif yang lain..
>>demonstrasi adalah tetap menjadi sebuah pilihan pertama selain pilihan2 lain, tapi untuk menjaga etika dari penyampaian aspirasi terkait harus diikuti dengan tetap sesuai aturan...
>>kesimpulan awalnya: kalau mau menyampaikan aspirasi ya demonstrasi...

pertanyaannya:
apakah masyarakat udah bingung bagaimana caranya menyampaikan aspirasi supaya didengar sehingga harus melakukan pengumpulan massa, meggerakkan massa untuk demonstrasi sehingga aspirasinya bisa didengar?
apakah aspirasi dari satu atau beberapa orang cukup sulit untuk didengar dan dihargai?
apakah masyarakat udah merasa terlalu banyak ga diperdulikan sehingga merasa kalau menyampaikan pendapat harus ngajak orang banyak karena kalau sendiri takut ga digubris?
apakah masyarakat udah cukup diajak berbicara?

karena buat saya,
seharusnya demonstrasi, penggerakan massa, adalah alternatif terakhir yang seharusnya dilakukan, kalo emang dari pihak yang mo diaspirasiin udah sulit buat ndengerin..

atau sebenarnya semua aspirasi masyarakat itu dibahas dan disimpan, hanya saja kita tidak pernah dikasih laporan kelanjutan pengaduan kita: dengan kata lain, pengelola publik tidak terbuka. sebab saya (sedikit) percaya pasti masih ada idealisme yang dibawa meski hanya sedikit, yang itu artinya pengelola publik bener2 memangae masyarakatnya dengan baik...

mungkin yang jadi maslah itu kali ya, pemerintah ga terbuka!!
coba misalnya kita ngaduin kalo taman kota sebaiknya tidak dijadikan taman parkir...
ya mungkin saja hal itu dibicarakan di tingkat pengelola, tapi kita tidak pernah tau apa yang dibahas: kalau emang harus begitu ya kenapa dan gimana...kalau bisa ya trus gimana...yang jelas kita cuman tau : usul kita disetujui (dengan penindak lanjutan yang nyata) atau ga diapa2in...
padahal seharusnya, tidak bisa dilanjutkan pun juga harus dibuka kepada masyarakat: ada usul tentang ini itu, tapi kita ga bisa karena ini itu, saya rasa masyarakat juga akan menghargai keterbukaan....jangan malah demi menghindari konflik, jadi dianggep ilang usulnya...akibatnya ya yang ada masyarakatnya merasa ga ngefek mo ngaduin, mo ngusulin, mo ngasih komentar terhadap perkembangan kotanya:
memang pasti ini akan nambahin kerjaan pengelola publik (kota) tapi ya ...kalo menurut saya ya lebih baek gitu..
pada pemerintah yang terbuka, masyarakat juga akan lebih banyak diajak mikir soal kota/lingkungannya..., dan diharapkan sama2 bangun kota/lingkungannya, dalam arti ya ikut menyelesaikan masalah dsb.